KonteksMedia – PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengumumkan Laba Bersih sebesar USD 24.040 ribu (sekitar USD 24 juta) untuk periode 9 bulan yang berakhir 30 September 2025 lalu. Pemuda Cilegon sekaligus eks pengurus DPP GMNI M. Agung Laksono menyebut pencapaian ini sebagai ‘Laba Semu’ yang menutupi kelemahan fundamental BUMN Baja strategis ini.
Laba Bersih tersebut mungkin hanya permainan angka Akuntansi, penulis menegaskan bahwa Laba Bersih yang dicapai KRAS tidak mencerminkan daya saing perusahaan di pasar baja.
“Laba bersih USD 24 juta ini adalah laba berkualitas rendah. Laporan keuangan secara implisit menunjukkan bahwa Laba Usaha (Operating Profit) KRAS masih negatif! Artinya, aktivitas inti perusahaan yakni memproduksi dan menjual baja, masih berada dalam kondisi merugi. Laba bersih yang tercapai hanyalah ‘permainan angka akuntansi’ yang menutupi masalah struktural,” ujar M. Agung Laksono, Minggu 9 November 2025.
Menurutnya, pembalikan ke zona laba ini adalah ilusi laporan keuangan. “Manajemen dituntut untuk menghentikan dugaan upaya beautifying laporan keuangan. Publik harus tahu, KRAS masih belum mampu menanggung biaya operasionalnya sendiri. BUMN ini sepertinya masih sakit,” tambahnya.
Kunci tercapainya Laba Bersih USD 24 juta adalah pos non-operasional yang melonjak tajam. “Keuntungan (kerugian) lainnya (bersih)” yang mencapai USD 155.448 ribu. Lonjakan keuntungan non-operasional sebesar USD 155 juta ini adalah pendorong utama Laba Bersih.
“Keuntungan sebesar ini, yang asalnya bukan dari menjual baja, harus dipertanyakan kualitas dan keberlanjutannya. Ini adalah praktik yang kami sebut ‘Laba Sekali Jadi’ yang tidak akan terulang di periode berikutnya,” kritik Agung.
Laksono menuntut transparansi penuh mengenai asal-usul keuntungan non-operasional yang masif ini. “Kami mendesak manajemen BUMN untuk menjelaskan secara terbuka kepada publik, apa saja komponen dari ‘Keuntungan Lainnya’ ini. Apakah ini keuntungan dari modifikasi liabilitas? Apakah ini keuntungan dari pelepasan sebagian aset? Publik berhak tahu, karena ini menyangkut aset publik dan sebagai perseroan terbuka,” tegasnya.
M. Agung Laksono memberikan peringatan mengenai masalah efisiensi biaya yang terabaikan, dimana dalam Laporan Keuangan terbaru Margin Bruto Menurun. Peningkatan Beban Pokok Penjualan yang lebih cepat daripada kenaikan Penjualan menunjukkan adanya masalah serius dalam pengendalian biaya produksi, entah itu bahan baku atau energi.
“Selama KRAS tidak mampu menghasilkan laba dari penjualan baja murni, perusahaan ini akan selalu berada dalam risiko tinggi. Kami menuntut manajemen BUMN untuk berhenti mengandalkan ‘keajaiban’ non-operasional dan fokus total pada efisiensi pabrik untuk memastikan BUMN baja ini berdiri kokoh,” pungkasnya.
Laksono menuntut agar kinerja BUMN diukur berdasarkan Laba Usaha (Operating Profit) yang berkelanjutan, dan bukan Laba Bersih yang diselamatkan oleh keuntungan yang sifatnya sementara.
“Kami harap permainan ini dihentikan, dan Danantara segera rombak direksi Krakatau Steel dan Group. Agar restrukturisasi bisa segera ter realisasi,” tutup Agung (*/Red)